TOLONG STOP Jangan Manjakan Anak dengan Gadget. Kisah ini bisa Menjadi Pelajaran untuk para orang tua!
Januari 06, 2020
Edit
Loading...
Loading...
Semakin berkembangnya teknologi seperti
gadget membuat setiap lapisan masyarakat menjadikannya sebagai sebuah
kebutuhan. Bahkan anakanak yang tidak mengerti dengan jelas penggunaan gadget
itu pun ikut kecanduan.
Seperti kisah seorang wanita yang anaknya
telah mengenal gadget dan tak mampu menjauhkan diri dari teknologi tersebut di
usianya yang masih sangat kecil. Penyesalan akan pengaruh gadget pun ia bagikan
di media sosial sebagai pelajaran bagi para wanita lain yang telah memiliki
anak dan merasa tenang ketika anak hidup bersama dengan barang tersebut.
Berawal dari kebiasaan melihat sang kakak,
anak keduanya yang bernama Shafraan tertarik untuk mencoba berbagai permainan
yang ada di tablet, meski saat itu usianya masih 10 bulan. Kian hari,
ketertarikannya kepada gadget tak dapat dihindarkan.
Seringkali sang anak tidur bersama dengan
gadget di tangan. Lantaran merasa bahwa hal tersebut lumrah untuk seorang anak,
wanita itu pun membiarkannya dan bahkan memfasilitasinya. Dalam benak wanita
tersebut, gadget menjadi semacam solusi jitu untuk menangani anak lakilakinya
yang terkadang marah atau menangis.
Dan memang terbukti ketika menangis lalu
diberi gadget, shafraan langsung mendadak terdiam dan asyik bermain game.
Dampak dari penggunaan gadget tersebut mulai terlihat ketika Shafraan memasuki
umur 2 tahun dimana ia enggan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Tak hanya ketika berada dengan teman
seumurannya, namun juga ketika bermain sendiri dengan mainan yang nyata. Suatu
hari bahkan Shafraan hanya terdiam sambil memegang mobilmobilannya. Ia seakan
kebingungan untuk menggunakan mainan nyata tersebut karena setiap harinya ia
hanya menggunakan ibu jari untuk menggerakkan game yang ada di tablet atau gadget.
Tak hanya itu, Shafraan juga kekurangan
dalam kosakata dimana anak seumurannya sudah mampu mengucapkan berbagai hal
dengan variatif. Tentu saja hal ini membuat waswas wanita yang merupakan ibu
dari Shafraan tersebut. ia pun kemudian mendatangi seorang dokter anak untuk
melakukan konsultasi dan mengetahui apakah ada alergi atau hal lain yang
membuat sang anak sulit untuk berkomunikasi.
Ternyata setelah ditelisik, hasilnya
menunjukkan bahwa Shafraan kurang melakukan interaksi dengan orangtua ataupun
anggota keluarga lainnya sehingga kosakata yang dimiliki sangatlah sedikit. Ia
pun merasa menyesal dan berniat untuk membatasi penggunaan gadget untuk anaknya
tersebut.
Bukan tanpa hambatan, wanita itu justru
mengalami berbagai perlakuan sang anak yang mengamuk, menangis, dan melemparkan
setiap barang ke arahnya demi bisa mendapatkan gadgetnya kembali. Shafraan pun
sangat rewel dan enggan untuk makan. Akhirnya sang ibu kewalahan menghadapi
perilaku Shafraan selama 3 hari dan mengembalikan gadgetnya.
Benar saja, anaknya pun kembali tenang dan
asyik sendiri dengan permainan di tabletnya. Beberapa hari kemudian, sang ibu
lantas membawa anaknya melakukan imunisasi ke sebuah rumah sakit dan sekaligus
meminta dokter memeriksa aspek motorik anaknya.
Ternyata Shafraan masih dianggap normal,
hanya saja ia mengidap keterlambatan bicara atau Speech Delay. Bahkan
keterlambatannya tersebut berjeda cukup jauh yakni 1 tahun dibandingkan dengan
temanteman sebayanya. Dokter pun menganjurkan agar Shafraan mengikuti terapi untuk
menstimulasi pembendaharaan kosakatanya.
Kini wanita itu semakin tersadar bahwa
pemberian gadget dengan maksud untuk memenangkan sang anak hanya akan menjadi
tumpukan masalah di kemudian hari. Ia pun merasa bersalah karena tidak ingin
capek ataupun repot mengurus anaknya dan menyerahkan segala pendidikan serta
kehidupan anaknya kepada sebuah gadget.
Sumber: kabarmakkah.com