Siapakah Penemu Virus Corona Ternyata Namanya Ali Muhammad Zaki
Februari 07, 2020
Edit
Loading...
Loading...
Jika ada yang beranggapan bahwa Islam itu
adalah agama yang alergi terhadap sains dan teknologi, itu keliru. Justru Islam
yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) adalah agama yang
terbuka dengan kemajuan dan ilmu pengetahuan.
Dalam perspektif hadis Nabi, setiap muslim
diwajibkan (fardlu ‘Ain) menuntut ilmu pengetahuan untuk menegakkan urusan-urusan
agamanya. Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman: “Wa qul Robbi zidni
‘ilman (dan katakanlah, ‘wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS Thaha:
114)
Saat ini dunia digemparkan dengan
merebaknya wabah virus Corona (CoV) yang mematikan. Kabar terkini menyebutkan
korban meninggal dunia mencapai 106 orang dan 4.000 orang terinfeksi virus
mirip SARS ini. Virus ini disebut-sebut berasal dari kelelawar dan pertama kali
mewabah di Wuhan, China. Hingga kini belum ada ada obat atau vaksin yang dapat
mencegah atau mengobati wabah penyakit itu.
Ada satu hal yang tidak diketahui banyak
orang terkait fenomena virus ini. Ternyata, orang yang pertama kali menemukan
virus Corona (CoV) ini adalah seorang ilmuwan muslim.
Dia adalah seorang profesor dokter
berkebangsaan Mesir bernama Ali Mohamed Zaki, PhD (virologist) dari Rumah Sakit
Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi.
Menurut Dokter M Saifudin Hakim, seorang
dosen Fakultas Kedokteran UGM yang dilansir dari situs kesehatan muslim
(https://kesehatanmuslim.com), Dokter Ali Mohamed Zaki berhasil mempublikasikan
virus temuannya di salah satu jurnal terkemuka, yaitu The New England Journal
of Medicine (NEJM) pada Oktober 2012, bersama dengan beberapa ilmuwan
(virologist) dari Belanda.
Ketika itu, beliau melaporkan seorang
pasien laki-laki berusia 60 tahun dengan gejala demam, batuk, dan kesulitan
bernafas. Pemeriksaan selanjutnya menunjukkan adanya proses infeksi di
paru-paru. Pasien itu akhirnya meninggal dunia meskipun telah mendapatkan
perawatan intensif. Sayangnya, pemeriksaan di RS Soliman Fakeeh di Jeddah tidak
dapat mengungkap agen penyebab infeksi pasien itu.
Oleh karena itu, sampel yang berasal dari
pasien itu kemudian dikirim ke Departemen (laboratorium) Viroscience, Erasmus
Medical Center (EMC), Rotterdam, Belanda, salah satu laboratorium virologi
terkemuka di dunia. Di laboratorium inilah akhirnya diketahui bahwa penyebab
infeksi pasien itu adalah virus varian baru dari jenis coronavirus. Karena
virus itu diisolasi pertama kali di EMC, virus itu kemudian diberi nama HCoV
EMC (Human CoronaVirus Erasmus Medical Center).
Analisis menunjukkan bahwa virus HCoV EMC
tersebut sangat dekat kekerabatannya dengan coronavirus yang ditemukan di
kelelawar (bat coronavirus, yaitu BatCoV-HKU5 dan BatCoV-HKU4). Meskipun
demikian, pada saat itu belum diketahui bagaimana cara atau mekanisme
penularannya ke manusia.
Kini, setiap ilmuwan di seluruh dunia yang
membicarakan dan mempublikasikan kasus atau riset berkaitan dengan virus
MERS-CoV pasti merujuk pada artikel NEJM yang ditulis oleh Profesor Dokter Ali
Mohamed Zaki tersebut.
Adapun anggapan yang menilai Islam tidak
peka terhadap ilmu pengetahuan telah terjawab dengan adanya fakta ini. Semoga
Allah Ta’ala memberi jalan keluar atas musibah virus corona ini. Wallahu A’lam
Bisshowab